Tulang rusuk senantiasa berkorelasi dengan kehidupan
manusia. Dari tulang rusuk Adam, terciptalah Hawa, demikian Kitab Kehidupan
bernazar hingga kini. Dari sejoli manusia (pertama) inilah Sang Creator
kemudian menciptakan keturunan tak henti-hentinya hingga menjadi suku bangsa di
dunia. Di saat itulah, Sang Creator memproklamirkan bahwa semua ciptaan-Nya
adalah baik adanya.
Titik nadir sebuah garis keturunan mulai berpangkal hingga berbuah
asiran jamak ke ujung bumi. Manusia bertambah banyak dan menghuni seantero bumi
ini. Rasanya, tak sulit untuk meyakini bahwa, karena “tulang rusuk” Adam
inilah, terlahir manusia bergenerasi hingga kini. Bertambahnya manusia di jagad
maharani, makin menghidupkan kisah penciptaan dalam setiap ikatan perkawinan.
Dari perkawinan, noktah kisah “Tulang rusuk” berkelanjutan
dari masa ke masa membentuk jamannya sendiri. Tulang rusuk adalah garis-garis
melengkung yang berkorelasi dengan tugas manusia untuk menjadi “co-creator”
dengan Sang Creator sejati. Sebuah tugas mulia, diserahkan oleh Tuhan untuk
melanjutkan keturunannya.
Keberlangsungan yang begitu lama akhirnya tercipta sejarah
kehidupan. Latar belakang sejarah kehidupan manusia inilah sumber inspirasi
bagi berdirinya bangunan unik ini. Berlokasi di kaki Gunung Mahawu, bangunan
ini sangat monumental hingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang
ingin berwisata religi di sini.
Kerangka bangunannya, ditopang mahakuat oleh sembilan tulang
rusuk besi baja hingga menyerupai kapal terbalik. Bentuknya seperti kapal
mengingatkan akan sebuah sejarah penyelamatan yang dipimpin oleh Nabi Nuh. Karena itu, tak heran kalau ada yang
mengatakan bangunan unik ini adalah kapalnya Nabi Nuh yang telah menyelamatkan
manusia.
Jumlah 9 tulang rusuk besi baja sebagai kerangka pokok
bangunan ini dipilih untuk mencitrakan angka sembilan sebagai angka kesempurnaan hidup. Maka dari itu, jika
pengunjung datang dan menggunakan bangunan ini niscaya berpacu dalam
kesempurnaan hidup sebagai butir-butir spirtual yang masuk dalam ruang
batinnya.
Gaya arsitektur “kesempurnaan kehidupan” ini, dengan 9 kerangka tulang-rusuk
berkolaborasi dengan garis-garis lurus pada perabotan pelengkap bangunan ini.
Tak hanya soal itu, sentuhan minimalis modern yang terbalutkan erat pada bangunan
unik ini, memadukan sifat garis lengkungan dan garis lurus. Antara kelurusan
hidup dan ketidaklurusan dalam menjalani hidup.
Peperangan antara yang baik dan yang buruk senantiasa menjadi tantangan
lumrah bagi manusia co-creator.
Bukan tanpa maksud bangunan ini menonjolkan sembilan tulang
rusuk yang berkorelasi dengan guratan kayu bermotif serba garis lurus. Kesempurnaan
hidup dimulai dari kesadaran diri bahwa manusia itu terbatas. Menggapai hal
yang lebih dari pada cukup, bisa berakibat ketidaksempurnaan dalam perjalanan
hidup. Tak heran manusia berjatuhan dalam kubangan dosa, akibat membuat
pilar-pilar
keserakahan, kemunafikan, kebohongan, kesombongan dan tidak
takut akan Tuhan, sebagai tonggak utama hidupnya.
Garis melengkung yang sepandan dengan garis lurus pada garis
pokok furniture-nya memang mendominasi bangunan Chapel ini agar indah dan
berguna bagi siapapun yang menghadirkan dirinya dan berotonomi-korelasi secara utuh
dengan bangunan ini. Kebahagian sejati seharusnya didapat ketika manusia begitu
dekat dengan bangunan berkerangka tulang rusuk ini.
Bangunan ini dikenal sebagai Chapel of Mother Mary, Bukit
Doa Mahawu, Tomohon. Di tempat ini, sering dilangsungkan upacara pemberkatan perkawinan.
Keunikan arsitektur bangunan ini dan arti serta makna yang terkandung, menjadi
pilihan bagi mereka yang menyempurnakan hidupnya dalam mahligai perkawinan. Tak
jarang pula, tempat ini menjadi lokasi atau spot yang cocok untuk foto
pre-wedding.
Tulang rusuk adalah garis melengkung yang penuh dengan arti
dan makna bagi kehidupan. Jika tulang rusuk hilang satu, maka terjadilah
kehancuran bagi bangunan ini dan kehidupan keluarga yang dibangunnya.
Karena itu, foto-foto koleksi pribadi yang saya sertakan
semata-mata untuk menjawab antangan WPC-3 tentang Garis dalam fotografi.