Lokasi: Jalan Lingkar Timur Tomohon Utara | Fasilitas: Penginapan, Wedding Chapel, Outbound, Amphiteatre, Jalan Salib dan Gua Maria | #BukitDoaMahawu

PLS 2023 SMP Lokon di Bukit Doa Mahawu

Pengenalan Lingkungan Sekolah 82 siswa kelas 7 SMP Lokon TA 2023-2024 ditutup di Bukit Doa Mahawu.

Romantisme Wedding Party di Bukit Doa Mahawu

Bentangan garis lampu memayungi mesera setiap undangan para tamu pesta perkawinan bernuansa alam di Bukit Doa Mahawu.

Camping PLS SMA Lokon di Bukit Doa Mahawu

Camping Ground Bukit Doa Mahawu menutup rangkaian Pengenalan Lingkungan Sekolah 154 siswa angkatan 21 SMA Lokon.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

14/09/2012

Objek Wisata, Salah Satu Bentuk Penanaman Modal Efektif

TOMOHON, Bukit Doa Mahawu - Salah satu wakil dari manajemen Bukit Doa Mahawu, Jumat kemarin (13/9) menghadiri undangan Pemkot Tomohon untuk ikut dalam pertemuan yang diberi judul "Koordinasi Antar Lembaga Dalam Pengendalian Pelaksanaan Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing" di kantor Walikota Woloan.

Mengapa Bukit Doa Mahawu diundang untuk hadir dalam pertemuan itu? Apa relevansinya dengan objek wisata religi sekaligus alam itu? Atau pemerintah melihat bahwa Bukit Doa Mahawu yang sudah terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan dalam negeri dan asing, sebagai wujud investasi dalam bentuk penanaman modal dalam negeri oleh swasta (private sector)?

Justru karena pertanyaan-pertanyaan itu kami datang untuk semakin lebih mengetahui bagaimana pandangan dan sikap berbagai pihak tentang Bukit Doa Mahawu yang dikelola oleh swasta. Penasaran terkait tidaknya dengan acara itu, berbuah pada tanja jawab berikut ini.

"Bukit Doa jelas sudah menjadi objek wisata dan pengunjungnya datang dari luar Sukawesi bahkan luar negeri. Fakta ini semakin menjujung kota Tomohon terkenal sebagai kota wisata. Tapi, apakah pemkot suudah mengetahui apa yang sebenarnya menjadi daya tarik mereka untuk datang? Saya jawab ada dua. Yang pertama ada "rasa aman". Yang Kedua adalah souvenir, atau ada sesuatu yang bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan telah mengunjungi tempat itu. Untuk itu, mohon tanggapan dari pemkot" tanya Pak Lorens GM Bukit Doa Mahawu.

"Untuk menciptakan suasana aman, sudah ada Polisi wisata. Hanya perlu koordinasi antara pengelola dengan  polisi wisata dengan baik, termasuk komunikasinya. Soal souvenir memang belum ada yang menjadi barand image kota Tomohon. Segera diusahakan" jawab salah satu panelis dalam acara itu.

Walikota Tomohon Bpk. Jimmy F. Eman, SE, Ak mengatakan dalam sambutannya, "Pelaksanaan kegiatan ini memiliki nilai strategis dalam upaya membangun dan membina hubungan yang saling menguntungkan secara ekonomis antara usaha besar, kecil dan menengah di kota ini. Semoga iklim penanaman modal di kota ini makin bergairah yang imbasnya sangat positif karena meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tentu bukan tanpa tantangan untuk wujudkan kehendak baik ini. Meski demikian, optimiis dan semangat adalah sikap yang harus ditanamkan demi lancarnya penanaman modal di kota ini".

Dalaam pertemuan itu, direkomendasikan tentang hak investor sesuai dengan UU Penanaman Modal, yaitu kepastian hukum dan perlindungannya, kenyamanan, informasi terbuka tentang bidang usaha yang dijalankan, pelayanan, dan fasilitas-fasilitas yang lain.

Jika ada hak pasti juga ada kewajiban setiap penanam modal yaitu menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, tanggung jawab sosial perusahaan, laporan penanaman modal kepada kepala penanaman modal, mematuhi semua ketentuan yang disyaratkan oleh undang-undang.

Sekali lagi, kerjasama antara usaha kecil, menengah dan besar perlu dilaksanakan untuk membangun kota Tomohon yang lebih baik lagi.

Nara sumber pertemuan itu adalah GM Pertamina Geotermal Energy Lahendong, Ir Khairul Rozag dan Sekretaris Eksekutif BIMP EAGA (The Brunai Darusalam Indonesia Malaysia Philipina East Growth Area) atau pengembangan kawasan Indonesia Timur, Ibu Shelley Sondakh.

sumber tulisan: Lorens Rawung, GM Bukit Doa Mahawu

http://www.tomohonkota.go.id

Share:

30/05/2012

Menggaris Tulang Rusuk Agar Tetap Bahagia


Tulang rusuk senantiasa berkorelasi dengan kehidupan manusia. Dari tulang rusuk Adam, terciptalah Hawa, demikian Kitab Kehidupan bernazar hingga kini. Dari sejoli manusia (pertama) inilah Sang Creator kemudian menciptakan keturunan tak henti-hentinya hingga menjadi suku bangsa di dunia. Di saat itulah, Sang Creator memproklamirkan bahwa semua ciptaan-Nya adalah baik adanya.

Titik nadir sebuah garis keturunan mulai berpangkal hingga berbuah asiran jamak ke ujung bumi. Manusia bertambah banyak dan menghuni seantero bumi ini. Rasanya, tak sulit untuk meyakini bahwa, karena “tulang rusuk” Adam inilah, terlahir manusia bergenerasi hingga kini. Bertambahnya manusia di jagad maharani, makin menghidupkan kisah penciptaan dalam setiap ikatan perkawinan.



Dari perkawinan, noktah kisah “Tulang rusuk” berkelanjutan dari masa ke masa membentuk jamannya sendiri. Tulang rusuk adalah garis-garis melengkung yang berkorelasi dengan tugas manusia untuk menjadi “co-creator” dengan Sang Creator sejati. Sebuah tugas mulia, diserahkan oleh Tuhan untuk melanjutkan keturunannya.

Keberlangsungan yang begitu lama akhirnya tercipta sejarah kehidupan. Latar belakang sejarah kehidupan manusia inilah sumber inspirasi bagi berdirinya bangunan unik ini. Berlokasi di kaki Gunung Mahawu, bangunan ini sangat monumental hingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin berwisata religi di sini.

Kerangka bangunannya, ditopang mahakuat oleh sembilan tulang rusuk besi baja hingga menyerupai kapal terbalik. Bentuknya seperti kapal mengingatkan akan sebuah sejarah penyelamatan yang dipimpin oleh Nabi Nuh.  Karena itu, tak heran kalau ada yang mengatakan bangunan unik ini adalah kapalnya Nabi Nuh yang telah menyelamatkan manusia.



Jumlah 9 tulang rusuk besi baja sebagai kerangka pokok bangunan ini dipilih untuk mencitrakan angka sembilan sebagai  angka kesempurnaan hidup. Maka dari itu, jika pengunjung datang dan menggunakan bangunan ini niscaya berpacu dalam kesempurnaan hidup sebagai butir-butir spirtual yang masuk dalam ruang batinnya.

Gaya arsitektur “kesempurnaan  kehidupan” ini, dengan 9 kerangka tulang-rusuk berkolaborasi dengan garis-garis lurus pada perabotan pelengkap bangunan ini. Tak hanya soal itu, sentuhan minimalis modern yang terbalutkan erat pada bangunan unik ini, memadukan sifat garis lengkungan dan garis lurus. Antara kelurusan hidup dan ketidaklurusan dalam menjalani hidup.  Peperangan antara yang baik dan yang buruk senantiasa menjadi tantangan lumrah bagi manusia  co-creator.

Bukan tanpa maksud bangunan ini menonjolkan sembilan tulang rusuk yang berkorelasi dengan guratan kayu bermotif serba garis lurus. Kesempurnaan hidup dimulai dari kesadaran diri bahwa manusia itu terbatas. Menggapai hal yang lebih dari pada cukup, bisa berakibat ketidaksempurnaan dalam perjalanan hidup. Tak heran manusia berjatuhan dalam kubangan dosa, akibat membuat pilar-pilar
keserakahan, kemunafikan, kebohongan, kesombongan dan tidak takut akan Tuhan, sebagai tonggak utama hidupnya.



Garis melengkung yang sepandan dengan garis lurus pada garis pokok furniture-nya memang mendominasi bangunan Chapel ini agar indah dan berguna bagi siapapun yang menghadirkan dirinya dan berotonomi-korelasi secara utuh dengan bangunan ini. Kebahagian sejati seharusnya didapat ketika manusia begitu dekat dengan bangunan berkerangka tulang rusuk ini.

Bangunan ini dikenal sebagai Chapel of Mother Mary, Bukit Doa Mahawu, Tomohon. Di tempat ini, sering dilangsungkan upacara pemberkatan perkawinan. Keunikan arsitektur bangunan ini dan arti serta makna yang terkandung, menjadi pilihan bagi mereka yang menyempurnakan hidupnya dalam mahligai perkawinan. Tak jarang pula, tempat ini menjadi lokasi atau spot yang cocok untuk foto pre-wedding.



Tulang rusuk adalah garis melengkung yang penuh dengan arti dan makna bagi kehidupan. Jika tulang rusuk hilang satu, maka terjadilah kehancuran bagi bangunan ini dan kehidupan keluarga yang dibangunnya.

Karena itu, foto-foto koleksi pribadi yang saya sertakan semata-mata untuk menjawab antangan WPC-3 tentang Garis dalam fotografi.
Share:

09/04/2012

Yang Hidup, Yang Mati Ada Di Tempat Yang Indah



Kematian bisa datang kapan saja dan kadang tak terduga. Penyebab kematian pun bisa beraneka ragam. Mulai dari sakit, kecelakaan, hingga dibunuh atau bunuh diri. Karena itu, manusia rasanya hanya hidup untuk menuju pada kematiannya sendiri.

Jika memang benar seperti  itu, maka pertanyaannya adalah sia-siakah hidup kita ini? Bagi orang yang pesimis bisa jadi, bergulirnya waktu dari lahir hingga mati adalah sebuah keniscayaan. Namun, bagi orang yang optimis, waktu adalah saatnya melipatgandakan berkat untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Hari Jumat ini (6/4), adalah hari libur Nasional untuk memperingati Wafat Yesus Kristus. Bagi umat kristiani, hari ini adalah hari Jumat Agung. Keagungannya nampak nyata pada kisah jalan salib Yesus yang berbuah kesengsaraan, penderitaan dan akhirnya Wafat di Salib. Kebangkitannya di malam Paskah menjadi puncak kehidupan umat beriman bahwa kematian diubah menjadi kebahagiaan, melalui kebangkitan-Nya.

Sudah berabad-abad lamanya, Yesus wafat. Namun, setiap tahun hingga sekarang, kisah kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Nya, selalu dikenang oleh umat kristiani. Berbagai macam upacara, ibadat bahkan melalui puasa dan pantang, dilaksanakan oleh seluruh umat kristiani sedunia dalam waktu yang bersamaan. Puncak liturginya ada pada malam Paskah.

Pada malam Paskah itu, setiap umat menyalakan lilin yang apinya diambil dari lilin Paskah. Prosesi ini menjadi sarana dan tanda bahwa kebangkitan Yesus mengalahkan kuasa maut dan kematian. Kuasa kegelapan sirna. Terang Kristus menjadi sumber kehidupan. Tak ada lagi kematian yang sia-sia. Beriman pada Yesus Kristus yang bangkit berarti telah disediakan tempat yang indah bagi manusia.

Dan tempat yang terindah itu adalah tempat di mana manusia rindu berjumpa dengan Allah. Rindu untuk mengenang kembali kisah jalan salib Yesus. Dengan mengenang  kisah itu, umat beriman mengambil banyak makna untuk peziarahannya di dunia ini. Yang jelas manusia ingin bahagia dan kebahagiannya berasal dari perbuatan dan tingkah lakunya yang jauh dari dosa.

Salah satu tempat ziarah yang banyak dikunjungi oleh umat dan bahkan wisatawan dari luar negeri adalah Jalan Salib Mahawu. Via dolorosa, demikian para peziarah menyebutnya, berada di kaki Gunung Mahawu sebelah barat dan lokasinya hanya membutuhkan waktu 45 menit dari Bandara Sam Ratulangi. Pengunjung tak akan tersesat karena tempat ziarah itu berada di Bukit Doa Tomohon. Menyebut nama ini, masyarakat akan menunjukkan jalannya.

Pada Jumat Agung dan bulan Mei, Oktober, banyak rombongan melakukan jalan salib di tempat itu. Sejak pagi  hingga sore, rombongan silih berganti. Sambil mengumandangkan lagu-lagu kesengsaraan, mereka beribadat mulai dari perhentian pertama hingga ke empat belas. Setiap perhentian ada patung diorama yang menceritakan tentang kisah sengsara hingga wafat Yesus dan dikubur.

Columbarium
Di setiap perhentian, Pastor membacakan kembali kisah Jalan Salib Yesus yang disertai dengan sepenggal renungan aktual  tentang kebiasaan-kebiasaan manusia yang membuatnya jatuh dalam dosa. “Sengsaramu oh Yesus, akibat dosaku….”, demikian sepenggal nyanyian yang mengingatkan para peziarah untuk b ertobat.
Selain patung diorama jalan salib setinggi manusia yang diletakkan di tengah jalan sebagai simbol “mengikuti jalan salib-Nya”, kesejukan alam dan suasana hutan juga menjadi daya tarik tersendiri. Berada pada kurang lebih 900 meter dpl, lokasi ziarah itu berhawa sejuk dan tidak mudah membuat capek atau kehausan meski kontur jalan setapaknya berbukit-bukit. Lebih indah kalau sudah sampai di puncak bukit. Pemandangan alam dan bangunan yang berkonsep “sinergitas alam, bangunan dan rohani” tak hanya membuat decak kagum tetapi setiap orang tergoda untuk mengabadikannya dalam kameranya.

Keheningan suasana jalan salib Mahawu ini jauh berbeda dengan jakan salib di tanah suci Yerusalem. Katanya, jalan salib di sana sudah ramai oleh orang-orang berjualan. Demikian cerita seorang pastor yang baru saja pulang berziarah di tanah suci. Tak heran jika ada yang menilai bahwa Jalan Salib Mahawu di komplek Bukit Doa Tomohon ini lebih bisa hening, khusuk, ditambah alamnya yang indah dan suara gemercik air lewat selokan alam, memberi suasana tersendiri.

Jadi, yang mati, yaitu kematian Yesus dan yang hidup, yaitu para peziarah, sama-sama berada di tempat yang indah yaitu di lokasi Bukit Doa Tomohon yang berpotensi juga sebagai wisata alam. Untuk mengetahui lebih lengkap, silahkan mengunjungi  dan klik blog Bukit Doa Tomohon ini.

Dan Selamat Paskah bagi yang merayakan.
Share:

06/04/2012

Jumat Agung, Jalan Salib Mahawu dan Air Berkat


Kakaskasen, sebuah desa di Kecamatan Tomohon Utara, di kaki Gunung Mahawu dan Gunung "berapi" Lokon menyimpan potensi wisata religi yang cukup menarik. Dari Bandara Sam Ratulangi, Manado, ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam. Peziarah yang ingin berdoa dan beribadat, tak sulit menemukan tempat ini. Hampir sebagian besar masyarakat tahu di mana lokasi Bukit Doa Tomohon,

Jumat Agung pagi ini (6/4/2012), hari Wafat Yesus, sejumlah rombongan datang untuk memapaki kembali kisah sengsara dan wafat Yesus di Jalan Salib Mahawu, Bukit Doa Tomohon. Tampak Pastur Vecky Singal, Pr, Rektor Seminari Menengah Kakaskasen, memimpin devosi Jalan Salib dengan khidmat. Buku doa yang dipakai adalah buku doa yang dicetak full colour dengan foto-foto Jalan Salib yang bagus. Buku itu memang disediakan oleh pihak pengelola JSM buat para peziarah.


Setiap perhentian, kidung kesengsaraan dikumandangkan, menambah suasana kesedihan atas wafatnya Tuhan Yesus. Ada 14 perhentian Jalan Salib atau sering disebut via dolorosa. Setiap perhentian ada patung diorama setinggi manusia dan diletakkan di tengah jalan setapak yang berkontur bukit, namun tak begitu terjal. Adegan kisah sengsara Tuhan Yesus dalam setiap perhentian, sengaja diposisikan di tengah jalan karena ingin mengajak peziarah untuk mengikuti Yesus dengan lebih dekat.

Mulai dari perhentian pertama hingga perhentian ke empat belas, Pastor berhenti dan membacakan renungan serta mengajak umat untuk bedoa bersama. Sebelum lanjut ke perhentian berikutnya, doa Bapa Kami dan Salam Maria didoakan. Kekhusukan makin terasa ketika sampai pada bukit Golgota ketika Yesus disalibkan.


Jalan Salib Mahawu ini berakhir di makam Yesus yang kosong. Rupanya, jalan salib ini menggunakan tradisi Injil Yohanes yang mengisahkan bahwa setelah Yesus wafat maka Yesus bangkit ke surga sehingga makam jadi kosong. Lepas dari makam Yesus, yang desainya masuk dalam sebuah lorong dan peziarah keluar di jembatan menuju ke gua (grotto) Bunda Maria. Nama Gua Maria ini adalah Gua Maria Sanctissima Mahawu.

Di depan gua Maria, sambil menyalakan lilin, rombongan Pastor Vecky menyelesaikan ibadatnya. Tampak beberapa umat membasuh wajahnya denga air segar yang keluar berada di bawah patung Bunda Maria. Konon, karena air berasal dari sumber air yang tidak pernah mengering, banyak peziarah mengartikan sebagai berkah yang berlimpah yang boleh diberikan Tuhan bagi mereka yang berdoa. Tak heran, jika peziarah membasahi mukanya dengan air dari sumber yang tak pernah mengering ini.


Selamat Paskah 2012
Manajemen JSM, Bukit Doa Tomohon
Share:

24/03/2012

Ribuan Pengunjung Padati Bukit Doa



Jumat, 23 Maret 2012 - Bukit Doa yang berada di lereng Gunung Mahawu sebelah Barat, sejak pagi hingga sore dipadati ribuan pengunjung dari berbagai tempat. Paling jauh tercatat dari Inobonto, Kotamobagu, daerah yang jarak tempuh 3 jam lebih dari Tomohon.

Para pengunjung lebih banyak datang dalam rombongan. Paling banyak rombongan dari Hotel Sutan Raja, Maumbi bersama umat Gereja Bethel Indonesia. Kegiatan mereka bertajuk Family Gathering Putra Altar GBI. Diperkirakan ada 300 lebih orang dalam rombongan itu.

Amphiteater dan Gua Mahawu telah dibooking jauh hari, untuk kegiatan ibadah dan sekaligus aneka macam fun games per kelompok, seperti jaring laba-laba, ye-yel dll. Kehadiran rombongan ini memang membuat suasana sekitar Bukit Doa makin ramai.



Rombongan lain datang dari Wanita Kaum Ibu (WKI) jemaat Manado. Ada dua rombongan WKI yang menggunakan tempat di Cafe Mahawu dan di bawah pohon, karena sudah tidak ada tempat lagi. Puji-pujian dilantunkan dan ibadah padang dimulai serta perjamuan kasih mereka lakukan dengan meraih dalam kebersamaan iman.

Sejak pagi cuaca terasa enak. Tidak hujan dan tidak terlalu panas. Cerah namun kesejukan terasa di kulit. Cuaca yang bersahabat ini membuat para pengunjung lain betah untuk tetap bertahan dalam segalam macam aktivitasnya.

Mudika Kolongan Paroki Hati Kudus Yesus Tomohon, sejak pagi jam 8 sudah mulai adakan Ibadah Jalan Salib, Disusul Ibu-ibu WKRI Paroki Tanawangko juga mengadakan jalan salib karena hari itu bertetapan dengan Hari Jumat Masa Prapaskah.

Pengunjung pribadi dan keluarga pun silih berganti datang ke Bukit Doa. Banyaknya kendaraan yang masuk tak urung membuat macet di tanjakan terjal selepas Posko. Tanjakan ini memang tanjakan rawan macet dan sering banyak kendaraan yang tak mampu naik karena kurang memperhatikan pergantian gigi saat naik tanjakan.



Kedatangan ribuan pengunjung, membuat suasana Hari Raya Nyepi menjadi ramai. Liburan yang jatuh pada Hari Jumat, memang selalu membuat ramai lokasi wisata religius ini. Antisipasi parkir, kebersihan dan keamanan selalu diutamakan selain kelancaran arus kendaraan yang masuk. Berdasarkan pemantauan lapangan jumlah kendaraan mobil maupun sepeda motor pada hari itu mencapai ratusan unit. Parkir di bawah, di muka Alamanda juga di Amphi penuh sesak. Upaya pengaturan dan penertiban dilakukan dengan baik sehingga lancar dan terkendali.


Di saat keramaian itu ada, yang menjadi kendala sekaligus tantangan adalah kebiasaan pengunjung yang meninggalkan sampah tidak pada tempatnya. Kesan kotor pun menjadi pekerjaan yang selalu tersisa ketika pengunjung pulang ke rumahnya maing-masing. Ajakan lewat pengeras suara berkali-kali disampaikan, namun rupanya lifestyle pengunjung tetap saja meninggalkan sampah di mana-mana.
Share:

20/03/2012

Hari Nyepi, Kok Ramai?



"Bukit doa kalau ramai hari apa?" tanya salah seorang pengunjung yang baru pertama kali datang ke lokasi ini. Dengan senang kami pun menjawabnya sesuai dengan monitoring yang kami lakukan setiap hari.

"Pengunjung atau peziarah datang ke lokasi biasanya mualai hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Tapi, lebih banyak ketika esoknya hari Libur atau pas hari Libur."

Pengunjung tadi tampak puas dengan jawaban kami. Wajah berseri dan kemudian ia bergabung dengan kelompoknya yang datang menggunakan bus pariwisata milik salah satu tour and travel dekat Bandara. Kami pun terus memonitor situasi dan kondisi Bukit Doa bersama security yang jaga 24 jam, secara bergantian.

"Direncanakan Bukit Doa akan ramai pada hari Raya Nyepi, Jumat, 23 Maret, ini. Tercatat di kantor JSM, banyak kelompok yang sudah booking jadi, tempat yang kami punyai untuk beraneka macam kegiatan. Umumnya setelah tiba mereka adakan ibadat padang dan sekaligus acara ramah tamah", lanjut kami menjelaskan.

Memang, Bukit Doa memiliki banyak fasilitas untuk berkumpul orang. Tempat-tempat yang bisa digunakan adalah, Moya Porong ada 2 tempat, lalu Ampiteater ruang terbuka yang bisa menampung seribu orang lebih, Gua Mahawu bisa digunakan untuk lebih dari 200 orang, bahkan di sini pernah dipakai untuk resepsi perkawinan untuk 500 orang. Ruang serba guna atau cafe mahawu menjadi ideal untuk acara-acara seperti ibadat dengan menggunakan LCD, acara ulang tahun, meeting, dll.

Jika ada yang ingin ibadat indoor bisa menggunakan Chapel Mahawu yang memiliki kapisitas hingga 150 orang. Demikian juga, Alamanda Retreat, jika tidak ada yang menginap, lokasi itu bisa dipakai untuk pertemuan atau ibadat. Masih ada satu tempat lagi yaitu Kelong Garden yang lokasinya berada di seberang jalan di muka pintu masuk Bukit Doa. Kelong Garden selain menjadi spot pre weeding dan hunting foto, juga dipakai untuk meeting atau resepsi perkawinan.

Lokasi-lokasi itu pada hari Raya Sepi, sudah dipesan oleh kelompok-kelompok baik dari Manado, Tondano, Bitung dll. Namun, jangan kuatir tidak mendapatkan tempat. Rombongan anda bisa menggunakan secara gratis lokasi-lokasi di bawah pohon yang sejuk dan sudah ada tempat duudk permanen. Menyatu dengan alam, adalah konsep peribadatan yang dilakukan oleh sebagian umat beriman.

Berdasarkan catatan kami itu, maka diperkirakan Hari sepi itu bakal ramai di Bukit Doa. Semoga cuaca serah sebagaimana diharapkan banyak orang.
Share:

19/03/2012

Mengenal Simbol dan Makna di Jalan Salib Mahawu



Paus Benedictus XVI dalam Surat Puasa tahun ini mengajak kita untuk memperhatikan ajakan dalam Surat kepada Umat Ibrani : ”Marilah kita saling memperhatikan, supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” ( Ibr. 10:24). Masa Prapaska memberi kita suatu kesempatan untuk merefleksikan dan melaksanakan ”jantung kehidupan kristiani” , yaitu amal kasih.


Kita diajak untuk saling membantu dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Bertanggung jawab terhadap saudara-saudari kita, saling memperhatikan dan tidak bersikap acuh tak acuh terhadap nasib sesama kita. Memperhatikan sesama berarti juga menghendaki yang baik bagi mereka dalam segala bidang: jasmani, moril dan rohani. Gambaran tentang orang Samaria yang baik hati menjadi contoh istimewa dalam masa prapaskah dan puasa ini.


Kita diminta untuk saling memperhatikan, berarti ada sikap timbal balik. Ada kebersamaan, solidaritas dan ada komunitas. Saling menegur dan mendorong dalam semangat kerendahan hati dan cinta kasih, haruslah menjadi bahagian dari hidup Komunitas Kristiani! Perbuatan kasih terhadap saudara-saudari kita berakar dalam semangat persekutuan bersama. Hal ini antara lain terungkap dalam kegiatan Aksi Puasa Pembangunan (APP), di mana kita menyisihkan sesuatu dan mengumpulkannya untuk kebutuhan di bidang sosial ekonomi bagi saudara-saudari yang membutuhkan.


Mgr. Josef Suwatan, MSC, dalam surat Gembala Prapaskah 2012, menegaskan bahwa tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) untuk Keuskupan Manado tahun 2012, adalah ”Menjadi orang beriman Katolik sejati: panggilan hidup dan tanggung jawab mewujudkan kesejahteraan”. Hidup kristiani sejati memelihara dan menciptakan suasana kebersamaan dan hubungan-hubungan yang baik di tengah masyarakat, di antara berbagai umat beriman.

Selain menjalankan puasa dan pantang, seperti yang sudah diatur oleh Gereja, umat beriman kristiani juga mewujudkan secara rutin mengenangkan kisah sengsara dan penderitaan Yesus melalui devosi Jalan Salib. Kebiasaan ibadat Jalan Salib biasa dilakukan pada hari Jumat, sekaligus puasa dan pantang,

Tak terkecuali Jalan Salib Mahawu di Bukit Doa Tomohon. Para peziarah sering datang untuk berdevosi Jalan Salib. Dengan menyanyikan lagu-lagu kesengsaraan, mereka berdoa dari perhentian pertama hingga perhentian yang ke empat belas di Makam Yesus yang kosong. Biasanya tak kurang dari  jam, ibadat sudah sampai di atas di Makam Yesus. Kontur yang berbukit tak menjadi kendala karena suasana hutan Mahawu dengan dominasi pohon pakis Hutan dan Bambu serta tanaman bungan yang rimbun.

Mengikuti dan bukan menonton, Jalan Salib Mahawu menjadi keunikan tersendiri dan berbeda dengan jalan salib lainnya yang umumnya menonton. Diorama patung-patun Yesus diletakkan di tengah jalan. Posisi yang unik ini mengingatkan kepada para peziarah untuk mengikuti Yesus yang sebenarnya.

Keunikan yang lain adalah wajah dan tangan Bunda Yesus, Maria yang dibuat halus. Maknanya adalah ketulusan dan keiklasan seorang Ibu dalam mengikuti penderitaan Puteranya Yesus sampai di kubur. Selain itu, peziarah juga bisa melihat tangan Simon Kirene yang sedang menolong Yesus yang jatuh untuk ke tiga kalinya.

Tangan Simon yang memegang tangan Yesus, saat  jatuh untuk ke tiga kalinya,  menjadi simbol dari saling tolong menolong dan amal kasih sebagai sikap dasar umat kristiani. "Dalam keadaan susah, kadang enggan menolong sesama yang sedang jatuh. Saya sendiri butuh pertolongan kok malah menolong orang lain", tutur salah satu peziarah memaknai adegan itu.

Dalam perjumpaan dengan Veronika, Wanita-wanita Yerusalem, Bunda Maria, Yesus selalu mensejajarkan diri dengan mereka. Adegan "merendah" entah dalam posisi berlutut, sedikit jongkok dengan memanggul Yesus, menjadi sebuah simbol yang bermakna kesetaraan yang penuh hormat.

Tak hanya itu, ketika tiba di perhentian yang ke tiga belas, adegan Bunda Maria memangku jenasah Yesus, di lokasi itu pagarnya didesain seperti rengkuhan ibu terhadap anaknya. Kami menyebutnya sebagai taman Pieta. Taman "passion" of Yesus yang mengisyaratkan pada belas kasih atau lebih bermakna kalau disebut taman berbelas rasa.

Mengenal simbol dan makna jalan salib di JSM, makin membuat peziarah berdevosi dengan penuh khidmat. Via Dolorosa, jalan kesengsaraan Yesus dikenang untuk diwujudkan dalam amal kasih terhadap sesama.
Share:

15/03/2012

Kecil itu Indah







Kutipan "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar(Lukas 16:10)" ini memang sangat inspiratif bagi siapa saja, baik yang berkuasa dan memiliki jabatan  dan karenanya mendapat julukan abdi rakyat, juga bagi para pengunjung lokasi wisata religi dan alam Bukit Doa Mahawu di Tomohon.


Ba-ron atau jalan-jalan mengitari sekeliling Bukit Doa Tomohon yang memiliki luas lebih dari 50 ha ini sungguh mengasyikkan. Sinergitas alam, bangunan dan rohani begitu terasa auranya begitu memasuki  kompleks itu. Yang paling disukai oleh para pengunjung selain bangunan unik seperti Chapel, Amphiteater, dan via dolorosa-nya juga pemandangan alamnya nan pesona.

Dalam postingan terdahalu tentang tumbuhnya berbagai macam aneka bunga di Bukit Doa hingga alih-alih mensupport Tomohon sebagai kota Bunga, kini akan ditampilkan bahwa masih ada yang indah di balik keindahan Bukit Doa.


Banyak serangga yang hidup di seputaran Bukit Doa meski tak kelihatan seara kasat mata namun jika dilihat menggunakan lensa macro (photography), betapa indahnya ciptaan Tuhan. Decak kagum tak berkesudahan akan terus bak pujian-pujian naviri dilaunkan di atas mezbah-Nya.

“Colourful baget deh, Lihat serangga kecil yang berwarna hijau, coklat dengan mata yang anggun”, kata salah satu pengunjung sesaat meilhat foto macro tentang serangga yang terekam dalam foto.

“Itu yang coklat itu ulat ya? Ulat bulu bukan? Kok persis seperti anjing pudel dengan bulunya yang indah dan bikin gemes saja.” kata yang lain. Meski hati-hati kalau pegang bulu ulat itu, Bisa jadi alergi kulit menyerang hingga gatal-gatal.

Jadi, Tuhan menciptakan mahkluk hidup kecil-kecil ini untuk menjadi eko-sistem dengan yang besar. Jika tidak ada eko-sistem lingkungan hidup akan terputus rantainya dan bisa dipastikan ketidakseimbangan eko sistem berakibat bencana.  Ya bencana bagi manusia.

Begitulah manusia diingatkan untuk setia dalam perkara-perkara kecil  agar mampu juga untuk perkara-perkara besar, seperti kemiskinan, korupsi, politik dll.


Share:

Shooting Pacific TV Manado di Jalan Salib Mahawu



Secercah cahaya mentari akhirnya mucul juga di sela-sela guyuran hujan seminggu ini. Cuaca panas pukul  dua belas siang, Rabu, 14 Naret 2012, tak disia-siakan oleh empat orang Crew dari Pacific TV, Manado yang datang melalui pintu masuk Selatan, pintu Jalan Saib.

"Kami (berempat) akan shooting di lokasi Jalan Salib ini untuk episode Baron dan Survive Sulut yang kami tayangkan setiap Selasa,  Jumat dan Minggu sore." kata Om Charlie memperkenalkan diri. "Jadi bentuk adegannya bagaimana ini? tanya saya sambil menyambut kedatangan mereka.

Kemudian Om Charlie, Produsernya menjelaskan tentang story boardnya. Diawali dari selamat datang di Jalan Salib Mahawu, lalu kemudian menuju ke 14 perhentian Jalan Salib. Sementara mengikuti Jalan Salib, adegan Pilatus menghukum mati Yesus, Simon Kirene membantu Yesus, Yesus dipaku pada kayu salib, Bunda Maria memangku jenasah Putera-Nya Yesus, sampai ke Gua Maria.

Perhentian-perhentian itu selain diambil gambarnya juga ada dialog dengan Host-nya tentang arti dan makna mengikuti Jalan Salib lewat para tokoh-tokoh tadi. Sebagaiman diketahui, bahwa Jalan Salib Mahawu didesain bukan menonton jalan salib tetatapi mengikuti jalan salib dengan cara meletakan setiap adegan berupa patung-patung diorama setinggi manusia di tengah jalan.


Nuansa mengenangkan kembali kisah sengsara dan penderitaan Yesus sangat dramatis karena patung-patungnya yang menggambarkan betapa beratnya Yesus memikul Salib, juga alam lingkungan yang sedikit menanjak penuh balutan natural hutan Mahawu. Di masa prapaskah ini banyak yang berdevosi atau beibadat jalan salib terutama pada hari Jumat.

Setelah melewati Yesus berjuma dengan para perempuan Yerusalem, tiba-tiba hujan turun. Namun shooting masih tetap berjalan hingga perhentian ke 14 di Makam Yesus yang kosong. Cameraman tetap roll di setiap perhentian. Dalam editingnya, narasi akan di tambah di setiap perhentian sesuai dengan buku doa Jalan Salib yang kami berikan kepada Om Charlie selaku Produser acara ini.

Closing adegan berada di spot terindah di belakang Chapel dengan latar belakang view kota Tomohon yang berbukit-bukit. Ucapan terima kasih atas kedatangan dan kesempatan shooting tersampaikan dalam closing adegan di lokasi ini.


Karena gerimis datang lagi, kami beristirahat sejenak untuk minum kopi hitam di Cafe Mahawu dekat Amphiteater. Dalam pembicaraan di cafe, Om Charlie mengatakan bahwa shooting ini dilakukan untuk episode Baron dan Survive Sulut sekaligus dalam rangka menyambut Paskah. Memang, Paskah tidak khidmat sebelum beribadat Jalan Salib tentunya.
Share:

12/03/2012

Menghirup Energi Positif Kepariwisataan di Cafe Mahawu



Senin, 12 Maret 2012, Bukit Doa Mahawu diselimuti kabut disertai gerimis dan sekali-kali langit tak bersahabat dengan mencurahkan hujan lebat. Pengunjung obyek wisata religi ini tak seramai seperti hari libur atau Sabtu dan Minggu. Meski hari ini hari Senin, namun pengunjung pun masih juga datang untuk memasuki komplek Bukit Doa Mahawu.

Tercatat dalam buku tamu hari ini, rombongan dari Jakarta, Lansia Amurang, Keluarga Ibu Kapolres Tomohon, Rombongan dari SMK Kristen Solagratia, Tongkeina. Meski cuaca dingin, namun nampaknya para pengunjung menikmati sejuknya hawa pegunungan. "Torang so siap payung. Jadi for torang, hujan nyanda masalah." kata salah satu pengunjung yang sedang jalan-jalan di seputaran Amphiteater.

Dari sekian pengunjung yang menarik adalah rombongan dari SMK Solagratia. Menariknya adalah, selain memakai seragam kaos bercorak putih dan datang menggunakan bus pariwisata berwarna merah putih, mereka basah-basah dan menyibak kabut hanya untuk sebuah ujian pratek sekolah.


Rico, salah satu guru, guide tour kawakan dan owner Bellawisata Tour and Guide, mengatakan, "Saya bawa mereka untuk mengenal obyek-obyek wisata di Tomohon. Salah satunya di Bukit Doa ini. Kami berkunjung ke lokasi wisata ini dalam rangka Ujian Nasional Kompetensi Pratek/Kejuruan Usaha Perjalanan Wisata. Karena itu, tour kami kami beri judul Tour Guiding, Tour Planning and Ticketing."

Sebanyak 30 siswa dibawa ke lokasi dan didampingi oleh beberapa guru. Di salah satu ruang yang diberi nama ruang serba guna Cafe Mahawu, mereka mengadakan berbagai macam aktifitas. Salah satu yang wajib dilakukan oleh para siswa jurusan pariwisata ini adalah public speaking dalam bahasa Inggris. Tema yang diangkat adalah memperkenalkan obyek-obyek wisata, seperti Bunaken, Taman Nasional Tangkoko dll seolah-olah mereka ngomong di hadapan turis asing.

"Satu per satu saya suruh mereka maju di hadapan teman-teman untuk berbicara dan memperkenalkan secara detail obyek-obyek wisata di Sulut, tapi menggunakan dalam bahasa Inggris. Karena ini ujian pratek, maka saya nilai kelancaran mereka berbahasa Inggris." lanjut Rico.

Kedatangan para siswa jurusan pariwisata di lokasi wisata dan ziarah ini sangatlah positif. Tak hanya mempratekkan ilmu kepariwisataannya, tetapi mengenal secara dekat salah satu obyek wisata menambah semangat mereka untuk belajar secara profesional di jalur pariwisata. Bahasa Inggris merupakan bahasa wajib yang harus dikuasai untuk menjadi tour guide.


Tapi menguasai data-data tempat wisata lebih penting. "Berapa luas Pulau Bunaken? Siapa yang tahu? Sudah pernah ke Tangkoko? Di situ ada apa saja? Berapa luasnya?" kata Rico memberi pancingan pertanyaan seputar data base tempat wisata kepada siswanya agar menyertakan data akurat dalam public speaking-nya.

Setelah semua selesai ujian pratek, acara kemudian dilanjutkan dengan istirahat dan menikmati bekal makan yang dibawa. Hujan pun terus berlanjut. Dinginnya kawasan Bukit Doa mulai terasa di badan. Bus Pariwisata yang berlabel Ujian Nasional Kompetensi 2012 bergerak meninggalkan lokasi.
Share:

11/03/2012

Eksotiknya Panorama Alam Dari Bukit Doa

Tempat Strategis Untuk Menikmati Eksotiknya Panorama Alam


Masih ingat kisah tentang meletusnya Gunung Lokon? Kalau belum, silahkan klik di sini atau silahkan membaca tulisan di Kompasiana dengan mengklik judul ini "Gunung Lokon Antara Ironi dan Bahaya".

Masyarakat setempat menyebut kejadian letusan Gunung Lokon dengan "Lokon basembur atau Lokon so polote". Meletus, basembur, so polote atau erupsi, artinya sama. Yaitu keluarnya lava pijar atau debu vulkanik yang membumbung ke langit setinggi 300 hingga 500 meter dari kawah Tompaluan, Gunung "berapi" Lokon yang masih aktif.

Masyarakat setempat sudah bisa mengukur besar kecilnya letusan. Jika letusan itu disertai dengan dentuman keras yang mampu menggetarkan kaca-kaca rumah penduduk hingga berderit-derit bunyinya, nah letusan itu dianggap berskala besar. Mereka siap dan selalu waspada untuk segera mengungsi hindari debu vulkanik yang jatuh, sebagaimana diintruksikan oleh team SAR. Terlalu seringnya Gunung Lokon ba sembur, membuat masyarakat terbiasa dengan situasi dan kondisi itu sehingga merasa tenag dan tak seheboh seperti yang diberitakan di TV swasta

Aktifitas vulkanik Gunung Lokon, atau terlihatnya asap 'brokoli" ke langit dari kawah Tompaluan, rupanya menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung Bukit Doa. "Saya mau foto bersama dengan background Gunung Lokon", demikian komentar salah satu pengunjung yang datang dengan rombongan.

Banyak pengunjung yang tahu bahwa panorama alam Tomohon dan sekitarnya, memang eksotik jika dilihat dari Bukit Doa Mahawu. Sejauh mata memandang dan mengarahkan pandangan sambil menyisir dari Utara ke Selatan, hamparan lanskap alam ciptaan Tuhan, terlihat eksotik nan indah.

Bukit Tatawiran, Gunung Lokon dengan asapnya, perkampungan padat di kaki Gunung, pantai Amurang di sebelah Barat, Perbukitan Ambang, perkotaan Tomohon, kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong, Bukit Kasih serta Gunung Api Soputan, dan lainnya membuat mata yang memandang seakan tak mau berkedip walau sejenak untuk sebuah panorama alam nan indah itu.

Sunrise

"Langit biru adalah saat yang paling indah buat menonton keindahan alam. Namun, tak jarang kabut yang tiba-tiba datang, juga disukai karena suasananya lain. Kayak di Puncak, Bogor. Dingin sejuknya bikin asyik di badan," kata salah satu manager di Bukit Doa sambil menunjukkan spot yang bagus ada di belakang Chapel.

Karena sikon yang bagus itu, maka banyak pengunjung dalam kunjungannya ke obyek wisata religi dan alam ini selalu menyempatkan diri untuk berdiri di spot tersebut sekedar menikmati alam atau berfoto. Jika senja tiba, momen atau "golden blue dan sunset" dalam istilah fotografi bisa diabadikan di tempat ini.



Sunset
Share:

Pesona Amphiteater



"Amphiteater ini dipakai untuk apa?" tanya Hanik, pengunjung backpacker dari Jakarta yang datang dengan temannya Linda. Pertanyaan ini dilontarkan sesaat tiba di Amphi (sebutan populernya) dan pandangan matanya seakan menyapu bentuk bangunan yang cukup unik.

Hampir setiap orang yang melihatnya selalu menghubungkan Amphi dengan Colosseum Romawi, di mana Gladiator beraksi garang dan herois, Spontan menyebut Amphi sebagai miniatur Colosseum, tak sepenuhnya salah.

Amphi di Bukit Doa ini didesain bertrap-trap setengah lingkaran dan lantai dasarnya datar hingga siap untuk sebuah performance art, seperti koor, tari kabasaran, bisa berfungsi sebagai altar ibadat, atau pertunjukan lainnya. Pernah Amphi ini dipakai oleh TIC (Tomohon International Choir) untuk workshop dan compettion. Beberapa kelompok koor juga pernah tampil di Amphi ini untuk shooting acara TV Swasta, seperti Brownies, Jejak Langkah Peziarah, Jejak Petualang, Jalan-jalan dll.

"Sebenarnya kalau tampil di amphi sudah tak perlu pakai sound system. Karena sistem akustik Amphiteater cukup bagus. Nggak perlu keras-keras sudah terdengar oleh penonton yang ada di atas." ujar salah satu security menjelaskan Hanik dan temannya.



Daya tampung panggung terbuka amphi ini bisa mencapai 1500 orang. Sudah dilengkapi dengan lampu-lampu yang menempel di wall dan tangga. Disediakan juga ruang ganti dan toilet. Meski demikian, kendala utamanya adalah cuaca. Kalau panas, tidak ada tempat berteduh. Demikian juga kalau hujan. Karena itu, pemakai harus pandai memperhitungkan cuaca agar tidak terganggu iven-iven yang diselenggarakan di sini.

Keunikan bentuk bangunan Amphi sampai saat ini masih memikat hati pengunjung untuk berbagai acara seperti ibadat padang, inagurasi dan pembekalan. Selama ini, amphi telah memikat banyak fotografer untuk digunakan dalam pre-wedding. Sementara pengunjung yang membawa kamera tak melewatkan berfoto bersama di Amphiteater.
Share:

06/03/2012

Wisatawan Mancanegara Kagumi Bukit Doa Mahawu

Lawatan Para Uskup dari Amerika, Australia, Afrika, Vatikan.
 Magnet Bukit Doa Mahawu di Tomohon seakan tidak pudar sejak dibangun pada tahun 2007. Tercatat, sudah banyak pengunjung dari luar negreri datang ke lokasi. Kadang ada yang datang secara spontan karena diantar oleh guide tournya. Yang kerap terjadi, datang karena bersamaan dengan penyelenggaraan pertemuan international, atau nasional di Manado.

"Kami sering kedatangan para Menteri, Atase Militer dari negara-negara ASEAN, Eropa dan Amerika. Tak jarang, informasi kedatangannya begitu mendadak. Tapi kami sudah siap menerima siapa pun di sini", ujar salah security JSM. "Bahkan, kedatangan para tamu ini kami foto untuk kami simpas sebagai dokumen penting yang sewaktu-waktu bisa kami share kepada pengunjung lain"

Kedatangan para tamu asing dan sekaligus orang-orang penting setingkat Menteri memberi suasana istimewa bagi Bukit Doa ini. Lokasi favorit yang disukai adalah di belakang Chapel dengan view Gunung Lokon. Banyak yang ambil foto di spot gagah ini.

Ziarah Kelompok Umat Cinere Jakarta

Jikan diberitahu sebelumnya kami sebenarnya siap menyambut para tamu dengan gaya unik kami. Duduk di Cafe Moyaporong dengan sudut pandang pada Gunung Lokon, para tamu mendapat hidangan kuliner unik dari kami. Yaitu, pisang goreng dan ubi goreng "crispy" dicocol dengan rica roa. Udara sejuk mendukung untuk menikmati hidangan itu dengan minum "kehangatan" kopi hitam. Perbincangan informal pun masih bisa dilanjutkan di Moyaporong.

Selain tamu-tamu pejabat itu, kami juga sering mendapat tamu rombongan. Bukit Doa menjadi salah satu itinerary yang dijadwalkan bagi rombongan tour and travel dengan menggunakan bus pariwisata. Rombongan pelajar dan mahasiswa juga sering menggunakan fasilitas untuk kegiatan ibadat padang atau kegiatan kampus. Bahkan, kontur tanah yang berbukit-bukit sangat ideal untuk jalan sehat dari kelompok sekolah, instansi pemerintah atau swasta.
Salah Satu Perusahaan Disambut dengan Tari Kabasaran (MinahasaWarior Dance)

Family gathering, outing, outbound bisa juga dilakukan oleh corporate mana pun, di sekitar Bukit Doa yang memang memiliki lahan outbound dengan flying fox dan high rope. Bagi yang ingin retret atau seminar ynag membutuhkan tempat nginap, di komplek Bukit Doa tersedia tempat di Almanda Retret.
Share:

Aneka BungaTumbuh Subur Di Bukit Doa



Luas area kompleks wisata rohani Bukit Doa Mahawu hampir mencapai 50 ha. Sebaran batas tanahnya bukan berbentuk lapangan tapi kontur tanahnya berbukit-bukit. Lintasan jalan lingkar Timur, membagi area itu sehingga kompleks itu terbagi menjadi Kelong Bawah dan Kelong Atas.

Aneka macam tanaman bunga lebih terkonsentrasi di Kelong Garden, Kelong Bawah. Tanaman bunga lain tumbuh di sekitar halaman setiap bangunan. Misalnya, di sekitar Wedding Chapel, dan Alamanda Retreat. Keindahan bunga yang tumbuh subur di kompleks ini disebabkan karena hawanya sejuk, tanah yang subur dan kelestarian alam yang ditata rapih.


"Kami sedang menanam aneka jenis tanaman bunga, untuk support kami kepada Kota Tomohon yang terkenal dengan sebutan Kota Bunga. Slogan, "dengan bunga menyapa dunia", memotivasi kami untuk melestarikan bunga-bunga khususnya yang endemik Sulawesi. Silahkan melihat foto-foto yang kami lampirkan", tutur Toar Malingkas, Insinyur Pertanian Unsrat, yang berniat melestarikan aneka jenis tanaman bunga.

Silahkan klik foto-foto bunga di sini
Share:

About


 Bukit Doa Mahawu (BDM), adalah obyek wisata religi yang berada di lereng Gunung Mahawu, Tomohon, Sulawesi Utara. Memiliki view indah Gunung "berapi" Lokon, Kota Tomohon, Gunung 'berapi" Soputan di Minahasa.

Bukit Doa Mahawu, ikon wisata religi Sulawesi Utara, daya tariknya antara lain tersedia Jalan Salib Mahawu, Gua Maria, Chapel (sering dipakai Wedding) untuk ziarah, berdoa, dan retret - Rumah Retreat Alamanda.

Berhawa sejuk dan ketinggiannya 900-1200m dpl, tak jarang dipakai pre-wedding, lokasi hunting foto, wedding party, outbound, atau menikmati alam pegunungan.
Share:

Contact


Bukit Doa Mahawu Tomohon

Lokasi :
Jalan Lingkar Timur No. 99
Kelurahan Kakaskasen 2
Tomohon Utara, Sulawesi Utara

Contact Person
Pak Lorens  Hp - 085240430838
Buce Pinatik WA - 0812 4397 9900

E-mail
kantorjsm@yahoo.com

Media Sosial
FB

Twitter
@BukitDoaTomohon
@alamandaretreat

Weblog
http://bukitdoatomohon.blogspot.com
http://rumahretreatalamanda.blogspot.com


Share:

Bukit Doa Tomohon




"Kalau sudah sampai di Manado, jangan lupa berkunjung ke Tomohon ya", kata teman saya kepada rombongan yang berencana untuk berlibur dan berwisata ke Manado dan sekitarnya. Rupanya, pesan seperti itu sudah sangat populer disampaikan kepada para wisatawan melalui mulut guide tour lokal bahkan travel agent juga ikut-ikutan mempromosikannya.

Memang apa daya tarik Tomohon bagi para pelancong? Pertanyaan ini pernah saya ajukan kepada seorang petugas Dinas Pariwisata dan Budaya Propinsi Sulut di salah satu counter kedatangan di bandara International Sam Ratulangi, Manado. Dengan ramah petugas itu menerangkan bahwa kota Tomohon terletak di antara Gunung Lokon dan Gunung Mahawu pada ketinggian sekitar 2000 m lebih dari atas permukaan bumi. Dua gunung itu konon masih aktif terutama Gunung Lokon. Selain bau asap belerang, juga kadang abu vulkanik tipis disemburkan pada radius 5 km. Selain itu, kota Tomohon udaranya sejuk dan segar. Tak heran kalau di pinggir jalan terlihat banyak orang jual bunga dan tanaman hias yang indah.

Dari petugas tadi, saya mendapat informasi tentang tempat-tempat tujuan wisata di wilayah Tomohon sesuai dengan brosur yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata. Setelah saya baca dan lihat, memang Tomohon memiliki potensi wisata yang tidak sedikit. Disebutkan dalam brosur itu, wisata kuliner di Tinoor, Air terjun "Kali", Rest Area di Kinilow, Pagoda Budha, Wooden Houses di Woloan, Ampiteater dan Waruga di Woloan, Rumah Tua dan kerjainan batang pohon kelapa di Kaaten, Pasar Tradisional, Danau Linow di Lahendong dan Hot spring di Leilem. Selesai membaca brosur itu, saya bertanya dalam hati kenapa "Bukit Doa Mahawu" tidak dimasukan dalam tempat tujuan wisata? Apa karena tempat doa atau wisata religius? Padahal Pagoda di Tomohon disebutkan dalam brosur itu.



Lokasi Bukit Doa Mahawu ada di jalan lingkar Timur Tomohon. Memiliki dua pintu masuk. Pintu masuk sebelah Utara dikhususkan untuk kendaraan penjemput, apabila rombongan diturunkan atau drop off di pintu masuk sebelah selatan. Jadi, diturunkan di pintu masuk sebelah Selatan, lalu kendaraan menuju ke pintu Utara dan masuk ke jalan mendaki sampai di puncak bukit menunggu rombongan yang tadi di drop off di pintu Selatan. Memang pintu Selatan untuk pejalan kaki karena jalanya naik dan bertangga-tangga.

Di pintu masuk Selatan, anda dianjurkan ke toilet sebelum berjalan kaki ke bukit. Di sebelah toilet, anda bisa masuk ke minishop untuk beli minuman, makanan ringan atau souvenir khas Bukit Doa Mahawu. Biasa kalau datangnya rombongan, guide tour meminta anda dan rombongan untuk berkumpul di teras antara minishop dan office. Lalu diberi penjelasan singkat tentang sejarah dan fasilitas-fasilitas yang ada di bukit doa Mahawu ini. 

Bahkan petugas akan menjelaskan tentang tata tertib dan semangat dibangunnya tempat ini. Sinergitas alam, bangunan dan rohani, itulah yang dikatakan petugas setempat. Dikandung maksud, bahwa tempat ini sungguh menjaga kelestarian alam meski ada bangunannya. Keindahan, kerapihan dan kebersihan menjadi indikator kualitas dari bukit doa ini dan mungkin berbeda dengan tempat-tempat wisata lain yang sembarangan buang sampah. Karena, anjuran untuk menjaga lingkungan yang asri dengan tidak membuang sampah pasti akan disampaikan oleh petugas setempat yang merangkap sebagai security.

Petugas Bukit Doa, dengan sopan dan ramah mengantar saya mengelilingi bukit yang sering masyarakat menyebutnya sebagai Buki Doa Mahawu. Memang, pada umumnya bukit-bukit di wilayah Minahasa ini banyak dipergunakan untuk ibadat atau ziarah bagi umat kristiani. Karena itu, disebut bukit doa. Tetapi di bukit doa Mahawu ini tidak hanya untuk doa, anda bisa melakukan kegiatan outbound atau gathering, performance art dsb. Serba guna, kata petugas yang mengantar saya.

Dipandu oleh seorang petugas saya pertama kali diajak melalui jalan setapak atau dikenal dengan jalan atau Via Dolorossa atau Jalan Salib. Patung-patung diorama setinggi manusia diletakkan di tengah jalan setapak dan mendaki sebagai simbol jalan kesengsaraan Tuhan. Sepanjang jalan setapak ini tumbuh pohon-pohon dan bunga-bunga khas Sulawesi. Melewati jalan, ini terasa asri dan natural. Sesampainya di atas, saya berhenti sejenak di Taman Pieta, replika karya Micheal Angelo ketika Ibu Yesus memangku jenasah PutraNya. Kemudian saya diantar masuk ke terowongan. Saya baca signage yang ada di pintu masuk, "Makam Yesus". Ada suasana kegelapan pada awalnya, tetapi setelah masuk ternyata terang karena matahari masuk dari lubang ventilasi.

Sesudah makam dilewati, kami keluar melalui jembatan karena persis dimuka pintu keluar ada kolam indah. Jembatan ini selain jalan keluar juga menghubungkan Gua Maria. Di sini selain berdoa, saya dianjurkan untuk cuci muka. Katanya air ini berasal dari sumber air pegunungan yang tidak pernah mengering sepanjang musim dan memberi berkat bagi setiap peziarah. Saya pun cuci muka berharap mendapat kelimpahan berkah dari Tuhan bagi hidup saya.

Masih di antar petugas, saya sampai ke sebuah dataran yang terbentang luas. Oh ya sepanjang jalan yang saya lalui tadi saya sering berjumpa dengan peziarah. Ada dari mancanegara. Ada yang dari lokal. Mereka lebih banyak rombongan. "Pak, di dataran luas ini kalau pas hari libur rame karena banyak orang datang ke tempat ini. Ada yang ibadat, ada yang rekreasi ada yang suka foto-foto. Semua tempat penuh. Mereka menggunakan Ampiteater, Minishop, Tempat Ibadah Padang, Wedding Chapel dan halaman-halaman yang diteduhi oleh pohon-pohon." kata petugas yang mengantar dengan penuh semangat. Saya hanya mengangguk saja tanda mengerti. Cuaca cerah. Langit begitu biru. Tampak anak-anak muda yang ceria berfoto di dekat bangunan yang ada. Lebih sering berfoto dengan background "wedding chapel" yang tampak unik dan indah.

Napas saya sedikit terengah-engah, ketika petugas mengajak saya menuju ke Alamanda Retreat. Lokasinya 500 m dari dataran luas tadi dan mendaki. Saya sejenak duduk di sebuah ruangan yang ternyata dining room bagi para tamu yang menginap di sini. Tampak bangunan rumah susun khas Minahasa seakan menyatu dengan pohon-pohon sekitarnya. Kapasitasnya bisa menampung 100 orang lebih katanya. Sering dipakai untuk meeting dari gereja-gereja, perusahaan dan rombongan tour. Jika tamu ingin mengadakan outbound seperti fun games, flying fox, high ropes juga bisa karena tidak jauh dari penginapan ini ada arena outbound. Fasilitas pendukung dari arena outbound ini ada Gazebo yang letaknya sangat strategis untuk melihat keelokan Gunung Lokon yang mengepul asapnya bukan di puncak tetapi di kaki gunungnya. Eksotik sekali.

Tak terasa "jogging trekking" yang saya lalukan tadi bikin badan "basuar" (berkeringat). Saya memutuskan untuk berhenti di Gazebo untuk istirahat sejenak sambil pesan kopi hitam khas Mahawu dan makan camilan kukis khas Manado seperti Bagea, lalampah dll. Saya betah duduk di sini karena view alamnya yang indah. Samar-samar di kejauhan saya bisa melihat Gunung berapi Soputan, Pantai Amurang dan perbukitan Minahasa yang menggariskan gradasi warna natural yang mempesona. Semua itu saya abadikan dalam foto sebagai bukti bahwa saya pernah sampai di kaki gunung Mahawu yang telah memberikan pengalaman lahir batin saya.

Share:

Gunung Lokon Meletus Lagi



Pagi ini, Jumat 10 februari 2012, pukul 08.21 wita, tiba-tiba terdengar bunyi suara dentuman keras menggelegar.  Hampir bersamaan dengan suara itu, kaca-kaca pada pintu dan jendela Alamanda Retreat serentak bergetar hingga menimbulkan getaran keras. Saya dan teman-teman dibuat kaget oleh suara dentuman keras itu.

Tanpa pikir panjang saya langsung berlarian ke luar kamar kerja saya dan secara otomatis kamera di dekat saya langsung saya bawa keluar. Saya bersama teman-teman lainnya berhamburan berlari sampai sedikit ngos-ngosan menuju ke spot di halaman belakang Chapel Mahawu. Spot itu terbuka mengarah ke Gunung Lokon tanpa halangan sedikitpun sehingga memandang letusan Gunung Lokon begitu lega.

Saya tiba di spot di itu pada pukul 08.30 wita. Saya lihat ke arah Kawah Tompaluan Gunung Lokon. Asap tebal vulkanik telah membumbung tinggi ke udara. Diperkirakan tingginya hingga 5000 meter ke langit. Warna pekat hitam keabu-abuan menggumpal dan seperti menari-nari dihembus angin ke arah Barat Daya.  “Wouww, Lokon nyembur lagi”, teriak salah satu teman saya. “Bisa jadi debunya ciri di tempat torang (Bukit Doa Mahawu)”, ujarnya lagi.

Erupsi letusan Gunung Lokon kali ini tidak luput dari kamera saya. Bahkan setiap pergerakan gumpalan awan vulkaniknya dari detik ke detik, terus saya monitor lewat kamera yang saya bawa. Karena itu, saya bisa melihat di daerah mana saja yang terkena hujan debu vulkanik Gunung Lokon.



Saya memperkirakan desa Kakaskasen yang berada sangat dekat (1 km) dengan lubang kawah akan terkena guyuran abu vulkanik. Namun, dari pemantaun di tempat saya di lereng Gunung Mahawu, tampak hanya dilewati. Tak lama kemudian saya mendapat informasi, bahwa kata teman saya yang berada di SMA Lokon, yang berjarak 2,5 km dari lubang kawah, hanya sedikit saja terkena dampak abu vulkanik.

Desa-desa yang terkena debu vulkanik erupsi Gunung Lokon antara lain Wailan, Woloan, Kayawu, Tara-tara, dan sebagian kota Tomohon. Tanah-tanah dan rumah-rumah yang semula kelihatan hijau asri dan bersih di pagi yang cerah tiba-tiba berubah kecoklat-coklatan akibat dari debu vulkanik yang jatuh ke daerah itu. Pemandangan ini terus melebar seiring dengan angin yang menghembuskan debu-debu vulkanik ke arah Barat Daya.

Kondisi semacam ini diperkirakan akan merusak tanaman sayuran yang sementara sedang menghijau. Tak hanya itu, tanaman padi yang baru ditanam pun terancam gagal panen akibat tertimpa hujan debu vulkanik yang kali ini cukup tebal. Entah berapa kerugian yang diderita oleh para petani, baik sayuran, bunga maupun padi.

Tak ada suara sirene yang meraung-raung sebagai tanda adanya tanggap darurat bencana. Saat gunung meletus suara tampak senyap. Barangkali banyak penduduk sedang asyik melihat letusan itu sekaligus bersikap waspada melihat kemungkin apa yang terjadi.  Pasca letusan saya melihat sekitar kawah Tompaluan masih terlihat titik-titik asap putih yang masih mengebul. Diperkirakan lava pijar mulai menghanguskan lahan sekitar kawah. Namun, api tidak kelihatan menyala.


Erupsi letusan Gunung Lokon memang sudah diperkirakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan aktivitas Gunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut) terus meningkat sejak pukul 14.00 WITA hari ini. Jika peningkatan kegempaan terus berlangsung, potensi munculnya letusan bisa saja terjadi.  (sumber: VivaNews)

Gunung Lokon termasuk gunung berapi yang boleh dikata sangat aktif. Yang terkahir Gunung Lokon meletus pada tanggal 6 Januari 2012. Sebelumnya juga meletus pada tanggal 27 Desember 2011.
Share:

01/02/2012

Welcome to Bukit DoaTomohon

Chapel of Mother Mary - Wedding Chapel



Bukit Doa Tomohon dikenal juga dengan sebutan
  • bukit kelong
  • bukit doa Tomohon
  • Jalan Salib Mahawu
  • Kebun Raya Tomohon
  • Prayer Hill of Tomohon
  • Mahawu Payer Hill
Lokasi Bukit Doa Tomohon
  • Sulawesi Utara
  • Kota Tomohon
  • Tomohon Utara
  • Desa Kakaskasen II
  • Jalan Lingkar Timur
  • Di Kaki Gunug Mahawu
  • kurang lebih 30 km dari Manado
  • atau 40 km dari Bandara Sam Ratulangi
  • dari Bandara dapat ditempuh sekurang-kurangnya 45 menit non stop
Share:

ARSIP Per Bulan

Definition List

Unordered List

Support