Lokasi: Jalan Lingkar Timur Tomohon Utara | Fasilitas: Penginapan, Wedding Chapel, Outbound, Amphiteatre, Jalan Salib dan Gua Maria | #BukitDoaMahawu

PLS 2023 SMP Lokon di Bukit Doa Mahawu

Pengenalan Lingkungan Sekolah 82 siswa kelas 7 SMP Lokon TA 2023-2024 ditutup di Bukit Doa Mahawu.

Romantisme Wedding Party di Bukit Doa Mahawu

Bentangan garis lampu memayungi mesera setiap undangan para tamu pesta perkawinan bernuansa alam di Bukit Doa Mahawu.

Camping PLS SMA Lokon di Bukit Doa Mahawu

Camping Ground Bukit Doa Mahawu menutup rangkaian Pengenalan Lingkungan Sekolah 154 siswa angkatan 21 SMA Lokon.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

06/03/2012

Aneka BungaTumbuh Subur Di Bukit Doa



Luas area kompleks wisata rohani Bukit Doa Mahawu hampir mencapai 50 ha. Sebaran batas tanahnya bukan berbentuk lapangan tapi kontur tanahnya berbukit-bukit. Lintasan jalan lingkar Timur, membagi area itu sehingga kompleks itu terbagi menjadi Kelong Bawah dan Kelong Atas.

Aneka macam tanaman bunga lebih terkonsentrasi di Kelong Garden, Kelong Bawah. Tanaman bunga lain tumbuh di sekitar halaman setiap bangunan. Misalnya, di sekitar Wedding Chapel, dan Alamanda Retreat. Keindahan bunga yang tumbuh subur di kompleks ini disebabkan karena hawanya sejuk, tanah yang subur dan kelestarian alam yang ditata rapih.


"Kami sedang menanam aneka jenis tanaman bunga, untuk support kami kepada Kota Tomohon yang terkenal dengan sebutan Kota Bunga. Slogan, "dengan bunga menyapa dunia", memotivasi kami untuk melestarikan bunga-bunga khususnya yang endemik Sulawesi. Silahkan melihat foto-foto yang kami lampirkan", tutur Toar Malingkas, Insinyur Pertanian Unsrat, yang berniat melestarikan aneka jenis tanaman bunga.

Silahkan klik foto-foto bunga di sini
Share:

About


 Bukit Doa Mahawu (BDM), adalah obyek wisata religi yang berada di lereng Gunung Mahawu, Tomohon, Sulawesi Utara. Memiliki view indah Gunung "berapi" Lokon, Kota Tomohon, Gunung 'berapi" Soputan di Minahasa.

Bukit Doa Mahawu, ikon wisata religi Sulawesi Utara, daya tariknya antara lain tersedia Jalan Salib Mahawu, Gua Maria, Chapel (sering dipakai Wedding) untuk ziarah, berdoa, dan retret - Rumah Retreat Alamanda.

Berhawa sejuk dan ketinggiannya 900-1200m dpl, tak jarang dipakai pre-wedding, lokasi hunting foto, wedding party, outbound, atau menikmati alam pegunungan.
Share:

Contact


Bukit Doa Mahawu Tomohon

Lokasi :
Jalan Lingkar Timur No. 99
Kelurahan Kakaskasen 2
Tomohon Utara, Sulawesi Utara

Contact Person
Pak Lorens  Hp - 085240430838
Buce Pinatik WA - 0812 4397 9900

E-mail
kantorjsm@yahoo.com

Media Sosial
FB

Twitter
@BukitDoaTomohon
@alamandaretreat

Weblog
http://bukitdoatomohon.blogspot.com
http://rumahretreatalamanda.blogspot.com


Share:

Bukit Doa Tomohon




"Kalau sudah sampai di Manado, jangan lupa berkunjung ke Tomohon ya", kata teman saya kepada rombongan yang berencana untuk berlibur dan berwisata ke Manado dan sekitarnya. Rupanya, pesan seperti itu sudah sangat populer disampaikan kepada para wisatawan melalui mulut guide tour lokal bahkan travel agent juga ikut-ikutan mempromosikannya.

Memang apa daya tarik Tomohon bagi para pelancong? Pertanyaan ini pernah saya ajukan kepada seorang petugas Dinas Pariwisata dan Budaya Propinsi Sulut di salah satu counter kedatangan di bandara International Sam Ratulangi, Manado. Dengan ramah petugas itu menerangkan bahwa kota Tomohon terletak di antara Gunung Lokon dan Gunung Mahawu pada ketinggian sekitar 2000 m lebih dari atas permukaan bumi. Dua gunung itu konon masih aktif terutama Gunung Lokon. Selain bau asap belerang, juga kadang abu vulkanik tipis disemburkan pada radius 5 km. Selain itu, kota Tomohon udaranya sejuk dan segar. Tak heran kalau di pinggir jalan terlihat banyak orang jual bunga dan tanaman hias yang indah.

Dari petugas tadi, saya mendapat informasi tentang tempat-tempat tujuan wisata di wilayah Tomohon sesuai dengan brosur yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata. Setelah saya baca dan lihat, memang Tomohon memiliki potensi wisata yang tidak sedikit. Disebutkan dalam brosur itu, wisata kuliner di Tinoor, Air terjun "Kali", Rest Area di Kinilow, Pagoda Budha, Wooden Houses di Woloan, Ampiteater dan Waruga di Woloan, Rumah Tua dan kerjainan batang pohon kelapa di Kaaten, Pasar Tradisional, Danau Linow di Lahendong dan Hot spring di Leilem. Selesai membaca brosur itu, saya bertanya dalam hati kenapa "Bukit Doa Mahawu" tidak dimasukan dalam tempat tujuan wisata? Apa karena tempat doa atau wisata religius? Padahal Pagoda di Tomohon disebutkan dalam brosur itu.



Lokasi Bukit Doa Mahawu ada di jalan lingkar Timur Tomohon. Memiliki dua pintu masuk. Pintu masuk sebelah Utara dikhususkan untuk kendaraan penjemput, apabila rombongan diturunkan atau drop off di pintu masuk sebelah selatan. Jadi, diturunkan di pintu masuk sebelah Selatan, lalu kendaraan menuju ke pintu Utara dan masuk ke jalan mendaki sampai di puncak bukit menunggu rombongan yang tadi di drop off di pintu Selatan. Memang pintu Selatan untuk pejalan kaki karena jalanya naik dan bertangga-tangga.

Di pintu masuk Selatan, anda dianjurkan ke toilet sebelum berjalan kaki ke bukit. Di sebelah toilet, anda bisa masuk ke minishop untuk beli minuman, makanan ringan atau souvenir khas Bukit Doa Mahawu. Biasa kalau datangnya rombongan, guide tour meminta anda dan rombongan untuk berkumpul di teras antara minishop dan office. Lalu diberi penjelasan singkat tentang sejarah dan fasilitas-fasilitas yang ada di bukit doa Mahawu ini. 

Bahkan petugas akan menjelaskan tentang tata tertib dan semangat dibangunnya tempat ini. Sinergitas alam, bangunan dan rohani, itulah yang dikatakan petugas setempat. Dikandung maksud, bahwa tempat ini sungguh menjaga kelestarian alam meski ada bangunannya. Keindahan, kerapihan dan kebersihan menjadi indikator kualitas dari bukit doa ini dan mungkin berbeda dengan tempat-tempat wisata lain yang sembarangan buang sampah. Karena, anjuran untuk menjaga lingkungan yang asri dengan tidak membuang sampah pasti akan disampaikan oleh petugas setempat yang merangkap sebagai security.

Petugas Bukit Doa, dengan sopan dan ramah mengantar saya mengelilingi bukit yang sering masyarakat menyebutnya sebagai Buki Doa Mahawu. Memang, pada umumnya bukit-bukit di wilayah Minahasa ini banyak dipergunakan untuk ibadat atau ziarah bagi umat kristiani. Karena itu, disebut bukit doa. Tetapi di bukit doa Mahawu ini tidak hanya untuk doa, anda bisa melakukan kegiatan outbound atau gathering, performance art dsb. Serba guna, kata petugas yang mengantar saya.

Dipandu oleh seorang petugas saya pertama kali diajak melalui jalan setapak atau dikenal dengan jalan atau Via Dolorossa atau Jalan Salib. Patung-patung diorama setinggi manusia diletakkan di tengah jalan setapak dan mendaki sebagai simbol jalan kesengsaraan Tuhan. Sepanjang jalan setapak ini tumbuh pohon-pohon dan bunga-bunga khas Sulawesi. Melewati jalan, ini terasa asri dan natural. Sesampainya di atas, saya berhenti sejenak di Taman Pieta, replika karya Micheal Angelo ketika Ibu Yesus memangku jenasah PutraNya. Kemudian saya diantar masuk ke terowongan. Saya baca signage yang ada di pintu masuk, "Makam Yesus". Ada suasana kegelapan pada awalnya, tetapi setelah masuk ternyata terang karena matahari masuk dari lubang ventilasi.

Sesudah makam dilewati, kami keluar melalui jembatan karena persis dimuka pintu keluar ada kolam indah. Jembatan ini selain jalan keluar juga menghubungkan Gua Maria. Di sini selain berdoa, saya dianjurkan untuk cuci muka. Katanya air ini berasal dari sumber air pegunungan yang tidak pernah mengering sepanjang musim dan memberi berkat bagi setiap peziarah. Saya pun cuci muka berharap mendapat kelimpahan berkah dari Tuhan bagi hidup saya.

Masih di antar petugas, saya sampai ke sebuah dataran yang terbentang luas. Oh ya sepanjang jalan yang saya lalui tadi saya sering berjumpa dengan peziarah. Ada dari mancanegara. Ada yang dari lokal. Mereka lebih banyak rombongan. "Pak, di dataran luas ini kalau pas hari libur rame karena banyak orang datang ke tempat ini. Ada yang ibadat, ada yang rekreasi ada yang suka foto-foto. Semua tempat penuh. Mereka menggunakan Ampiteater, Minishop, Tempat Ibadah Padang, Wedding Chapel dan halaman-halaman yang diteduhi oleh pohon-pohon." kata petugas yang mengantar dengan penuh semangat. Saya hanya mengangguk saja tanda mengerti. Cuaca cerah. Langit begitu biru. Tampak anak-anak muda yang ceria berfoto di dekat bangunan yang ada. Lebih sering berfoto dengan background "wedding chapel" yang tampak unik dan indah.

Napas saya sedikit terengah-engah, ketika petugas mengajak saya menuju ke Alamanda Retreat. Lokasinya 500 m dari dataran luas tadi dan mendaki. Saya sejenak duduk di sebuah ruangan yang ternyata dining room bagi para tamu yang menginap di sini. Tampak bangunan rumah susun khas Minahasa seakan menyatu dengan pohon-pohon sekitarnya. Kapasitasnya bisa menampung 100 orang lebih katanya. Sering dipakai untuk meeting dari gereja-gereja, perusahaan dan rombongan tour. Jika tamu ingin mengadakan outbound seperti fun games, flying fox, high ropes juga bisa karena tidak jauh dari penginapan ini ada arena outbound. Fasilitas pendukung dari arena outbound ini ada Gazebo yang letaknya sangat strategis untuk melihat keelokan Gunung Lokon yang mengepul asapnya bukan di puncak tetapi di kaki gunungnya. Eksotik sekali.

Tak terasa "jogging trekking" yang saya lalukan tadi bikin badan "basuar" (berkeringat). Saya memutuskan untuk berhenti di Gazebo untuk istirahat sejenak sambil pesan kopi hitam khas Mahawu dan makan camilan kukis khas Manado seperti Bagea, lalampah dll. Saya betah duduk di sini karena view alamnya yang indah. Samar-samar di kejauhan saya bisa melihat Gunung berapi Soputan, Pantai Amurang dan perbukitan Minahasa yang menggariskan gradasi warna natural yang mempesona. Semua itu saya abadikan dalam foto sebagai bukti bahwa saya pernah sampai di kaki gunung Mahawu yang telah memberikan pengalaman lahir batin saya.

Share:

Gunung Lokon Meletus Lagi



Pagi ini, Jumat 10 februari 2012, pukul 08.21 wita, tiba-tiba terdengar bunyi suara dentuman keras menggelegar.  Hampir bersamaan dengan suara itu, kaca-kaca pada pintu dan jendela Alamanda Retreat serentak bergetar hingga menimbulkan getaran keras. Saya dan teman-teman dibuat kaget oleh suara dentuman keras itu.

Tanpa pikir panjang saya langsung berlarian ke luar kamar kerja saya dan secara otomatis kamera di dekat saya langsung saya bawa keluar. Saya bersama teman-teman lainnya berhamburan berlari sampai sedikit ngos-ngosan menuju ke spot di halaman belakang Chapel Mahawu. Spot itu terbuka mengarah ke Gunung Lokon tanpa halangan sedikitpun sehingga memandang letusan Gunung Lokon begitu lega.

Saya tiba di spot di itu pada pukul 08.30 wita. Saya lihat ke arah Kawah Tompaluan Gunung Lokon. Asap tebal vulkanik telah membumbung tinggi ke udara. Diperkirakan tingginya hingga 5000 meter ke langit. Warna pekat hitam keabu-abuan menggumpal dan seperti menari-nari dihembus angin ke arah Barat Daya.  “Wouww, Lokon nyembur lagi”, teriak salah satu teman saya. “Bisa jadi debunya ciri di tempat torang (Bukit Doa Mahawu)”, ujarnya lagi.

Erupsi letusan Gunung Lokon kali ini tidak luput dari kamera saya. Bahkan setiap pergerakan gumpalan awan vulkaniknya dari detik ke detik, terus saya monitor lewat kamera yang saya bawa. Karena itu, saya bisa melihat di daerah mana saja yang terkena hujan debu vulkanik Gunung Lokon.



Saya memperkirakan desa Kakaskasen yang berada sangat dekat (1 km) dengan lubang kawah akan terkena guyuran abu vulkanik. Namun, dari pemantaun di tempat saya di lereng Gunung Mahawu, tampak hanya dilewati. Tak lama kemudian saya mendapat informasi, bahwa kata teman saya yang berada di SMA Lokon, yang berjarak 2,5 km dari lubang kawah, hanya sedikit saja terkena dampak abu vulkanik.

Desa-desa yang terkena debu vulkanik erupsi Gunung Lokon antara lain Wailan, Woloan, Kayawu, Tara-tara, dan sebagian kota Tomohon. Tanah-tanah dan rumah-rumah yang semula kelihatan hijau asri dan bersih di pagi yang cerah tiba-tiba berubah kecoklat-coklatan akibat dari debu vulkanik yang jatuh ke daerah itu. Pemandangan ini terus melebar seiring dengan angin yang menghembuskan debu-debu vulkanik ke arah Barat Daya.

Kondisi semacam ini diperkirakan akan merusak tanaman sayuran yang sementara sedang menghijau. Tak hanya itu, tanaman padi yang baru ditanam pun terancam gagal panen akibat tertimpa hujan debu vulkanik yang kali ini cukup tebal. Entah berapa kerugian yang diderita oleh para petani, baik sayuran, bunga maupun padi.

Tak ada suara sirene yang meraung-raung sebagai tanda adanya tanggap darurat bencana. Saat gunung meletus suara tampak senyap. Barangkali banyak penduduk sedang asyik melihat letusan itu sekaligus bersikap waspada melihat kemungkin apa yang terjadi.  Pasca letusan saya melihat sekitar kawah Tompaluan masih terlihat titik-titik asap putih yang masih mengebul. Diperkirakan lava pijar mulai menghanguskan lahan sekitar kawah. Namun, api tidak kelihatan menyala.


Erupsi letusan Gunung Lokon memang sudah diperkirakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan aktivitas Gunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut) terus meningkat sejak pukul 14.00 WITA hari ini. Jika peningkatan kegempaan terus berlangsung, potensi munculnya letusan bisa saja terjadi.  (sumber: VivaNews)

Gunung Lokon termasuk gunung berapi yang boleh dikata sangat aktif. Yang terkahir Gunung Lokon meletus pada tanggal 6 Januari 2012. Sebelumnya juga meletus pada tanggal 27 Desember 2011.
Share:

ARSIP Per Bulan

Definition List

Unordered List

Support